Blogroll

Nelayan Sawah mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda.

Sample Text

Silahkan tinggalkan komentar Anda, karena setiap kritik dan saran Anda sangat membantu kami para petani untuk menulis blog ini menjadi lebih baik lagi.

email : akunbareng2@gmail.com

Postingan Acak

Lagi Loading, Di mohon Sabar
Didukung oleh: Nelayan Sawah.

Senin, 06 Agustus 2012

Sentimen Agama Di Pemilukada DKI Jakarta

Sebelumnya saya tegaskan! Saya menulis artikel ini bukan karena mengkampanyekan calon atau kandidat tertentu. Seperti sudah kita ketahui bahwa dalam pemilukada DKI jakarta kemarin, pasangan yang lolos ke putaran kedua adalah Foke-Nara (Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli) dan Jokowi-Ahok (Joko Widodo-Basuki Tjahaja). Yang “unik” dari pemilukada DKI Jakarta sekarang adalah adanya kandidat yang memiliki latar belakang non-muslim, walaupun hanya sebagai cawagub. Bagi saya ini sebuah langkah yang berani karena mungkin ini adalah cawagub pertama sepanjang sejarah Pemilukada DKI Jakarta yang berasal dari kalangan non-muslim. Memang dulu pernah ada Gubernur DKI non muslim yaitu Henk Ngantung itu pun dulu sebelum ada Pilkada langsung seperti sekarang.

Sebenarnya pada era demokrasi dewasa ini latar belakang agama sudah tidak jadi sebuah isu yang harus dipermasalahkan. Namun apa mau dikata ternyata masih saja ada kampanye-kampanye hitam (black campaign) bernada sara dengan isu sentimen agama. Tapi faktanya warga Jakarta tidak mempermasalahkan latar belakang agama sebagai acuan pilihan mereka, itu terbukti dengan menangnya kandidat nomor urut 3 diputaran pertama.

Jika kita bicara pemimpin dan latar belakang agama, apakah pemimpin muslim semuanya baik dan pemimpin non-muslim semuanya buruk atau sebaliknya?

Pada saat zaman Rasulullah banyak para pengikutnya yang mengalami penyiksaan di Mekah. Maka dari itu Rasulullah meyuruh pengikutnya untuk pergi kesuatu negeri. “Jika kalian pergi ke negeri Abyssinia, disana engkau akan mendapatkan seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang kalian tanggung sekarang ini”. Raja yang dikisahkan ini bernama Negus yang beragama Kristen. Ini membuktikan bahwa Rasulullah saja menyuruh pengikutnya untuk pergi mencari perlindungan pada seorang raja yang beragama kristen. (Dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Hal. 123, karya Martin Lings)

Kebijakan raja Negus ini juga tergambar dalam kisah, ketika para pemimpin Quraisy meminta agar para pengungsi itu diserahkan kepada mereka. Namun Negus berkata lain: “Tidak!, Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati mereka telah meminta suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai tempat tinggal, serta telah memilihku dari yang lainnya! Mereka tidak akan kuserahkan, sebelum aku memanggil mereka dan menanyakan perihal mereka seperti yang dikemukakan utusan ini. Jika memang benar, seperti yang dikatakan, maka mereka akan kuserahkan untuk dibawa kembali kepada kaum mereka sendiri. Namun, jika tidak, aku akan menjadi pelindung yang baik selama mereka meminta perlindunganku.”  (Dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Hal. 125, karya Martin Lings)

Jika kita mengambil hikmah dari kisah diatas, bahwa kepemimpinan yang baik dan bijak tidak harus hanya berpatokan pada latar belakang agama. Apapun latar belakang agamanya dia bisa saja menjadi pemimpin yang bijak atau menjadi pemimpin yang jahat.

Oleh : Diki Permana

2 komentar:

  1. om.. ceritanya mirip fim omar (umar bin khattab) yang tayang setiap hari dibulan ramaddah jem 4

    BalasHapus
  2. Ga tau! Tempat gw ga ada MNC. Cerita itu ada di film 'The Message'. Tp yg gw tulis disitu gw kutip dr biografi Nabi Muhammad karangan Martin Lings.

    BalasHapus

Buat pembaca yang gak pake akun, kalo mau berkomentar pilih "beri komentar sebagai : Name/URL"

Name-nya ditulis nama, untuk URL-nya dikosongin ajah..

terima kasih