Blogroll

Nelayan Sawah mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda.

Sample Text

Silahkan tinggalkan komentar Anda, karena setiap kritik dan saran Anda sangat membantu kami para petani untuk menulis blog ini menjadi lebih baik lagi.

email : akunbareng2@gmail.com

Postingan Acak

Lagi Loading, Di mohon Sabar
Didukung oleh: Nelayan Sawah.

Senin, 23 Mei 2011

Kegagalan Iklan Politik Andi Mallarangeng Dalam Memperebutkan Kursi Ketua Umum Partai Demokrat

  1. 1. Latar Belakang
Dalam sebuah iklan memiliki tujuan bahwa dengan iklan sebuah khalayak akan mengalami perubahan sikap setelah melihat sebuah iklan, baik pada media elektronik maupun media cetak. Perubahan disini memiliki makna bahwa sebuah khalayak yang tadinya tidak tertarik menjadi tertarik dan yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan iklan diharapkan sebuah produk (iklan komersil), akan memiliki citra pada “Brand” nya sehingga konsumen terpengaruh untuk menggunakan/ memakainya. Dengan iklan juga  dapat mensosialisasikan sesuatu yang baru kepada masyarakat. Agar masyarakat tersebut mengenalnya dan tidak menjadi asing lagi terhadap apa yang diiklankan. Misalnya, kebijakan pemerintah, atau pun sebuah iklan politik.

Tidak semua iklan yang ditampilkan pada sebuah media massa dapat mempengaruhi sikap khalayak. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan penyampaian pesan tersebut. Dan dalam tulisan ini akan diangkat, Megapa iklan politik Andi Mallarangeng dikatakan gagal? Dan apa yang menjadi penyebab kegagalan iklan Andi Mallarangeng?

Kegagalan iklan politik Andi Mallarangeng ini terlihat dari tidak berhasilnya iklan ini mengubah sikap khalayak. Semua itu terbukti dengan gagalnya Andi Mallarangeng merebut Ketua Umum Partai Demokrat. Bahkan Andi Mallarangeng langsung mengalami kekalahan dalam putaran pertama, dan perolehan suaranya dibawah Marzuki Alie dan Anas Urbaningrum yang jelas-jelas iklannya tidak sesering iklan Andi Mallarangeng.

  1. 2. Teori
Dalam teori jarum hipodermik (The hypodermic needle theory) pada komunikasi massa diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung. Efek yang segera dan langsung itu sejalan dengan pengertian “perangsang tanggapan” (stimulus response).

Menurut Elihu Kartz teori Ini Beranggapan:
a)    Media massa sangat ampuh dan mampu memasukkan ide pada benak komunikan yang tidak berdaya.
b)    Khalayak yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi diantara khalayak tidak saling terhubungkan.

Dalam teori jarum hipodermik khalayak dianggap pasif (tidak berdaya). Artinya khalayak menerima begitu saja pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau pemikiran-pemikiran terlebih dahulu. Ide-ide baru yang diterima dari media massa menimbulkan efek yang langsung, seperti obat yang dimasukkan ke dalam jarum suntik lalu diberikan (disuntikkan) kepada pasien (komunikan) sehingga dalam beberapa saat akibatnya sudah dapat dirasakan.

Implikasi lebih jauh dari teori ini adalah bahwa media massa dapat menimbulkan pengaruh yang seolah “menyihir” khalayak. Pesan yang dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas secara serempak menimbulkan apa yang disebut “masyarakat massa”. Penggunaan tekhnologi untuk memproduksi dan mendistribusi pesan dapat memaksimalkan jumlah penerima dan respon khalayak.

Jika dilihat dari teori Jarum Hipodermik idealnya iklan Andi Mallarangeng berhasil karena dia mengiklankan pada media massa, baik cetak maupun elektronik bahkan dalam iklan disebuah televisi terdiri dari beberapa versi. Seperti versi yang ditujukan untuk kalangan muda. Namun dalam kenyataannya iklan tersebut gagal mengubah sikap khalayak.

Kegagalan media massa dalam kasus iklan politik Andi Mallarangeng terpatahkan dengan toeori model Satu Tahap (One Step Flow Of Communication). Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi jarum hipodermik. Pesan disampaikan melalui media massa secara  langsung yang ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Dalam model ini, pesan yang disampaikan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.
Teori Model komunikasi satu tahap ini mengakui bahwa :
a)    Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat.
b)    Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.
c)    Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

Jika menggunakan pendekatan teori model Satu Tahap (One Step Flow Of Communication). Kegagalan tersebut bisa terjadi, karena media dianggap tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam mengubah sikap khalayak melalui iklan. Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap penerima pesan akan terjadi efek yang berbeda antara satu penerima pesan dengan penerima pesan yang lainnya. Karena setiap khalayak berbeda-beda dalam menerima efek pesan, dan khalayak selektif dalam mencerna sebuah pesan.
  1. 3. Kasus
Kegagalan sebuah Iklan banyak terjadi, dan salah satu contohnya dalam iklan politik Andi Mallarangeng dalam memperebutkan simpati masyarakat untuk mendukungnya sebagai ketua umum Partai Demokrat. Padahal iklannya sangat baik dalam segi visualisasi dan cukup sering ditayangkan dibeberapa stasiun televisi swasta dan dengan versi yang beragam. Kegagalan ini cukup membuat terkejut banyak orang. Karena jika dilihat dari segi penyampaian pesan, iklan Andi Mallarangeng lebih menarik dari iklan-iklan calon yang lain. Dan rentang antara iklan sampai hari pemilihan sangat lama. Tidak seperti calon-calon yang lainnya yang memasang iklan hanya beberapa hari menjelang pemilihan dan durasi iklannya pun lebih lama dari calon-calon  yang lain. Seharusnya dengan iklan yang durasinya lebih lama ini masyarakat lebih “tercekoki” dengan pesan-pesan yang disampaikan. Namun dengan seringnya iklan ditayangkan dan dengan durasi yang sangat lama itu bisa menjadi “boomerang” bagi pemasang iklan itu sendiri, karena masyarakat menjadi cepat jenuh.
  1. 4. Pembahasan
Pada Iklan Politik Andi Mallarangeng. Andi Mallarangeng sudah mengkampanyekan dirinya melalui iklan dengan “jor-joran” di media massa. Dengan berasumsi bahwa media merupakan citra baru bagi individu atau lembaga, dan Andi Mallarangeng mencoba membentuk opini publik, agar citranya baik dimata masyarakat. Kegagalan Andi Mallarangeng disebabkan bukan karena iklannya tidak menarik atau kurang bagus. Kegagalan tersebut lebih kepada pesan yang disampaikan. Karena tujuan dari iklan politik ini adalah sebuah pencitraan bagi Andi Mallarangeng dalam upayanya mengubah opini masyarakat terhadap dirinya. Tentunya iklan ini seharusnya dapat “membujuk” khalayak untuk mendukungnya. Tapi perlu diingat bahwa pemilihan ketua umum Partai Demokrat adalah pemilihan intern partai. Bukan untuk pemilihan yang sifatnya nasional seperti Pilpres yang memang pemilihnya seluruh masyarakat Indonesia. Jadi iklan Andi Mallarangeng yang begitu gencarnya ditampilkan dibeberapa media massa baik cetak maupun elektronik kurang mempengaruhi suara pemilih dari “elite Demokrat”, yang diwakili oleh DPC dan DPD diseluruh Indonesia.

Dalam kasus ini yang menjadi pemilih adalah hanya kalangan Partai Demokrat. Tentunya mereka lebih mengerti tentang sebuah komunikasi yang disampaikan pada iklan Andi Mallarangeng. Tidak seperti Masyarakat awam yang hanya “menelan mentah-mentah” pesan pada sebuah iklan. Para pemilih adalah masyarakat intelektual sehingga mereka tidak mudah untuk dipengaruhi hanya dengan iklan yang ditampilkan dibeberapa media massa. Tapi mereka lebih selektif dalam menentukan apakah iklan ini sama dengan kenyataan.

Iklan Andi Mallarangeng sangat “kontradiksi” dengan siapa yang akan memilihnya, dikarenakan seakan-seakan yang memilihnya adalah seluruh masyarakat Indonesia. Padahal yang akan memilihnya adalah hanya ada pada golongan Partai Demokrat saja. Seharusnya Andi Mallarangeng lebih mengutamakan pendekatan secara pribadi pada setiap DPC dan DPD partai Demokrat. Namun ini bukan berarti bahwa Andi tidak perlu mengiklankan dirinya pada media massa, tapi iklannya tidak perlu segencar itu. Sehingga iklan ini tidak terkesan “mubazir”. Iklan pada media massa tetaplah dibutuhkan untuk pencitraan dirinya pribadi untuk karir politiknya kedepan dan pencitraan partai Demokrat yang selama ini menaunginya.
  1. 5. Solusi dan Kesimpulan
Dalam sebuah sosialisasi melaui iklan tidaklah cukup hanya dengan iklan yang memiliki visualisasi yang baik, ditayangkan berulang-ulang, dan memakai figure yang terkenal. Karena masih banyak faktor lain yang membuat pesan dalam sebuah iklan itu bisa tersampaikan kepada khalayak. Sebuah iklan dikatakan berhasil jika iklan tersebut dapat mengubah sikap mayarakat yang tadinya tidak tertarik menjadi tertarik, dan yang tidak tahu menjadi tahu. Keberhasilan sebuah iklan itu juga dipengaruhi oleh, kepada siapa iklan itu akan disampaikan. Apakah ditujukan untuk seluruh masyarakat? Atau untuk masyarakat tertentu saja. Dalam kasus iklan politik Andi Mallarangeng ini sebenarnya yang menjadi target dari iklan adalah hanya untuk kalangan tertentu saja, yaitu kalangan intern Partai Demokrat.

Kegagalan Iklan politik Andi Mallarangeng ini disebabkan karena. “ketidakbenaran” pemilihan tempat beriklan yaitu melalui media massa baik cetak maupun elektronik yang terlalu sering sehingga Andi Mallarangeng dianggap “membuang-buang” uang, boros dan terkesan terlalu mewah hanya untuk mengiklankan pencalonan dirinya sebagai ketua umum Partai Demokrat. Iklan Andi Mallarangeng dikatakan terlalu mewah karena iklannya seakan-akan mengiklankan sebagai calon presiden. Seharusnya Andi Mallarangeng lebih memberikan porsi yang lebih banyak untuk pencitraan dirinya melalui sosialisasi dengan cara pendekatan pribadi seperti yang dilakukan Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie. Namun sepertinya Andi Mallarangeng lebih memilih media massa sebagai alat untuk mengkampanyekan dirinnya.

Jadi solusinya adalah bahwa pengiklanan politik Andi Mallarangeng harusnya lebih menekankan pada sosialisasi pribadi antara Andi Mallarangeng dengan para DPC dan DPD partai Demokrat, karena dengan sosialisasi secara pribadi lebih menimbulkan efek yang positif bagi pencitraan Andi Mallarangeng. Karena yang akan memilih adalah para DPC dan DPD. Bukan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Pengiklanan melalui media massa masih diperlukan demi pencitraan karir poitiknya kedepan dan sebagai pencitraan partai Demokrat. Yang perlu diperhatikan dalam kasus Iklan Andi Mallarangeng bahwa “perang darat” (iklan secara sosialisasi pribadi antara Andi dan DPC juga DPD) harus lebih gencar daripada “perang udara” (iklan melalui media massa).

(Pernah Dikumpulkan Sebagai Tugas Matakuliah Pengantar Periklanan)

2 komentar:

  1. ironis.. (hanya sekedar menanggapi yang Anda tulis)

    orang sekelas Bang Andi ternyata bisa 'lengah' dan tidak menyadari faktor-faktor semacam itu..

    sama seperti anak komunikasi visual yang gak tau apa itu photoshop...

    BalasHapus
  2. bung andi waktu bikin iklan ga kosultasi dulu ma gue

    BalasHapus

Buat pembaca yang gak pake akun, kalo mau berkomentar pilih "beri komentar sebagai : Name/URL"

Name-nya ditulis nama, untuk URL-nya dikosongin ajah..

terima kasih